Tere Liye – Tere Liye
telah mengajak pembaca untuk mengambil pelajaran hidup dari kisah novel
ini. Dari kisah seorang wanita yang begitu tulus lewat tokoh Laisa.
Dialah bidadari surga itu. Ketulusannya, kecintaannya kepada keluarganya
membuat dia begitu mulia. Mari kita simak lebih mendalam karya Tere
Liye ini.
Deskripsi Novel Tere-Liye
Judul : Bidadari Bidadari Surga
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tebal : 348 halaman
Harga : Rp 47.500,-
Tahun terbit : 2008 (cetakan I), 2010 (cetakan VI)
Sekilas tentang Tere Liye
Tere Liye
adalah seorang novelis yang lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Dari
tangannya telah lahir beberapa buah novel, yang salah satunya adalah
Novel Bidadari Bidadari Surga disamping Novel Best Seller Hafalan Surat
Delisa.
Resensi Novel
Novel Bidadari Bidadari Surga
karya Tere Liye ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang hidup
sangat sederhana sekali di Lembah Lahambay. Kemiskinan, keterbatasan
membuat mamak dan Kak Laisa, harus membanting tulang demi menghidupi
keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya. Sejak suaminya meninggal dunia,
mamak Lainuri bekerja keras setiap hari, bangun pagi untuk mengumpulkan
rotan dan berkebun.
Laisa adalah
anak perempuan tertua mamak Lainuri. Secara fisik, dia tidak begitu
cantik, pendek, hitam dan sangat berbeda dengan adik-adiknya yang
berkulit putih dan berpawakan tinggi. Namun demikian, Kak Lais (begitu
sapaan akrabnya) sangat menyayangi adik-adiknya meski dia selalu besikap
galak (sebenarnya tegas) dan jarang sekali tersenyum.
Hingga
suatu hari Kak Lais divonis menderita kanker paru-paru stadium 4.
Sebenarnya sakitnya telah lama, namun dia selalu menyembunyikannya
sendiri. Kian hari penyakitnya makin parah. Ini membuat mamak Lainuri
akhirnya mengirimkan pesan singkat kepada adik-adik Laisa, Dalimunte,
Ikanuri, Wibisana, dan si cantik Yashinta.
Dalimunte
yang diceritakan oleh Tere Liye sebagai Profesor Fisika Muda, terpaksa
menutup acaranya yang membahas tentang penelitian “Pembuktian Tak
Terbantahkan Bulan Yang Pernah Terbelah”, setelah mendapatkan sms dari
mamak. Dalimunte sangat terburu-buru, dia bergegas pulang ke Indonesia.
Di sepanjang perjalanannya dia selalu terbayang Kak Lais. Bagaimana
pengorbanan Kak Lais selama ini untuk dirinya, hingga sekarang ia
menjadi Profesor muda.
Lain lagi
dengan Ikanuri dan Wibisana, dua sigung kembar (sebenarnya tidak kembar)
ini baru saja tiba di Italia untuk bisnis otomotif ketika mendapat sms
dari mamak. Alhasil mereka langsung membatalkan bisnis dan segera
beranjak pulang. Wajah Kak Lais selalu membayang, perasaan bersalah
selalu muncul, terlebih saat mereka mengatakan bahwa Kak Lais bukanlah
kakak kandung mereka, yang menyebabkan Kak Lais sangat terpukul dan
menangis. Meski itu adalah kenyataan. Begitu pula dengan si bungsu,
Yashinta yang sedang melakukan penelitian tentang sekelompok burung di
gunung Semeru.
Setelah sekian lama
menempuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai juga dirumah, di Lembah
Lahambay. Tangis sendu bersahut-sahutan. Mereka tak menyangka, orang
yang terbaring lemah di ranjang adalah kakak mereka yang dulu sangat
kuat, tegas, penyayang dan rela berkorban demi adik-adiknya. Hingga Kak
Lais rela dilangkahi adik-adiknya, sampai kini ia menjadi perawan tua.
sebuah fragmen kehidupan yang cermat sekali Tere Liye mengungkapkannya.
Permintaan
terakhir Kak Laisa adalah ingin melihat Yashinta menikah. Terang saja
Yashinta menolak. Ia tahu benar bagaimana posisi Kakaknya sekarang. Dia
tak ingin mengulangi kepahitan dan kepedihan Kakaknya dulu. Tapi,
setelah dipikir-pikir, dipertimbangkan, dan dibujuk akhirnya Yashinta
mengabulkan keinginan itu. Ia menikah dengan teman baiknya Goughsky
pemuda uzbek. Ijab Qobul pun telah berlangsung.
Bagai parade sejuta kupu-kupu bersayap kaca, menerobos atap rumah, turun dari langit-langit kamar, lantas mengambang di ranjang. Lembut menjemput. Kak Laisa tersenyum untuk selamanya. Kembali. Senja itu, seorang bidadari sudah kembali di tempat terbaiknya. Bergabung denga bidadari-bidadari surga lainnya.***
Novel ini bener-bener mempermainkan emosi. Ketika membacanya, aku bisa menangis dan tertawa disaat yang bersamaan. Aku sampe harus nutupin muka pake bantal supaya tangisanku gak kedengaran mama \m/.
So touching! Recomended!
Bravo buat novelmu, tere-liye..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar